Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!Zaman sekarang ini memang merupakan zaman yg penuh dgn tantangan ujian dan cobaan. Terutama bagi siapa saja yg telah mengikrarkan kalimat syahadat yg ridha Allah sebagai Rabbnya ridha dgn Muhammad saw sebagai rasul dan nabinya dan ridha dgn Islam sebagai tuntunan hidup di dunia fana ini. Dahulu ketika zaman tabi’in kaum muslimin mendambakan kehidupan yg seperti zaman Nabi saw dan para sahabatnya mereka mendambaakan kehidupan yg damai bersama Rasulullah dan para sahabatnya ra. Begitu juga setelah para tabi’in wafat maka pengikut tabi’in juga mendambakan kehidupan zaman Nabi saw dgn para sahabatnya ra dan juga kehiduupan zaman tabi’in. Hal ini wajar krn faktor keimanan dan ketakwaan mereka sehingga kehidupan pada zamannya yg penuh dgn fitnah dan perpecahan menjadikan mereka rindu dgn kehidupan pada zaman Rasulullah saw sahabat-sahabatnya serta tabi’in. Hal ini memang telah dinyatakan oleh Nabi saw dalam salah satu hadis yg diriwayatkan dari Imran bin Husain ra katanya Rasulullah saw bersabda
“Sesungguhnya yg terbaik dari kalangan kamu ialah yg sezaman denganku kemudian orang yg hidup setelahku setelah itu orang yg hidup setelah mereka. Imran berkata ‘Aku tidak mengetahui mengapa Rasulullah saw menyebut setelah kurunnya sebanyak dua atau tiga kali. Setelah itu datang satu kaum yg di minta memberi penyaksiaan tetapi tidak diminta penyaksian yg berkhianat sehingga tidak boleh dipercayai yg suka bernazar tetapi tidak melaksanakannya dan suka akan kemewahaan.” . Zaman kita hidup sekarang ini telah jauh beribu tahun dari zaman ketika Rasulullah saw dan para sahabat ra serta tabiin juga tabiuttabi’iin. Rasulullah saw telah menggambarkan ciri-ciri manusianya watak dan sepak terjang kebanyakan mereka sebagaimana yg dinyatakan dalam hadis di atas
Bersaksi terhadap sesuatu padahal tidak diminta utk bersaksi.
Berkhianat dan tak dapat dipercaya.
Suka bernazar tetapi tak dilaksanakan.
Suka kemewahan. Bersaksi terhadap Sesuatu padahal Tidak Diminta utk Bersaksi Berapa banyak kasus-kasus pengadilan yg menghadirkan saksi-saksi palsu sehingga menyeret orang tidak bersalah ke penjara krn permintaan penguasa tertentu suatu negri. Kita tidak perlu menyebut kasus satu per satu tetapi kalau kita cermati dalam media dan berita-berita yg ada dari beribu-ribu kasus yg ada baik di negri kita maupun di beberapa negara fenomena ini menunjukkan betapa banyaknya saksi-saksi bayaran atau saksi palsu utk menjebloskan orang tertentu ke dalam penjara. Berkhianat dan Tak Dapat Dipercaya Budaya khianat sudah menjadi suatu yg sangat ngetrend sekarang ini dan ini telah melanda di seluruh lapisan masyarakat. Yang paling parah dan berbahaya adl di kalangan elit politik hakim atau kalangan agama. Sifat khianat yg dilakukan oleh mereka dampaknya lbh besar dari pada rakyat kecil. Maka tidak heran kalau kita melihat di Indonesia sudah sekian banyak presiden yg terpilih dan hampir semuanya terlibat kasus penghkhianatan amanat rakyat. Kalau pemimpin negara saja sudah terlibat kasus-kasus tidak heran melanda elit politik yg lain. Fenomena seorang pejabat menjadi narapidana setelah lengser dari jabatannya menjadi hal yg biasa. Demikian juga apabila sifat khianat ini melekat dalam diri kalangan agama maka bahayanya sangat besar bagi umatnya.
“Hai orang-orang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yg dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui.” . Suka Bernazar tetapi Tak Dilaksanakan Dalam keadaan susah atau sakit atau miskin memang kadang manusia lbh dekat dgn Allah sehingga kadang mudah mengucapkan nazar akan berbuat seuatu apabila kesusahan tersebut telah lepas. Namun dalam keadaan kesusahan dan penderitaan telah lepas banyak nazar-nazar yg terlupakan. Hal ini memang tergantung sejauh mana keimanan dan ketakwaan orang tersebut pada Allah sehingga nazar yg telah diucapkan merupakan hutang yg harus dibayar pada Allah selama nazarnya tidak bertentangan dgn syariat Allah. Padahal Rasulullah saw dan para sahabtanya sangat memperhatikan hal ini sebagaimana yg digambarkan dalam hadis ini diriwayatkan dari Ibnu Umar ra katanya
“Sesungguhnya Umar bin al-Khattab pernah berkata ‘Wahai Rasulullah sesungguhnya aku pernah bernazar pada zaman jahiliah utk beriktikaf satu malam di Masjidil Haram’. Kemudian Baginda bersabda ‘Tunaikanlah nazarmu itu’.”Bayangkan nazar yg diucapkan pada zaman jahiliyah saja bila hal itu tak bertentangan dgn syariat harus dilaksanakan. Seharusnya kita introspeksi diri apa saja nazar kita yg belum kita tunaikan juga para pemimpin Islam dalam perjuangannya apa nazar mereka yg belum terlaksana. Para pemimpin partai politik Islam dan segala lapisan marilah kita ingat-ingat apakah nazar kita sudah kita laksanakan. Suka Kemewahan Fenomena ini sudah menjadi budaya yg mendarah daging yg melanda segala lapisan masyarakat dan sangat dahsyat pengaruhnya pada perjalanan kehidupan manusia saat ini. Kemewahan yg sudah mengarah pada pemborosan dan mubazir yg menjadikan kebuasan suasana dalam mencari penghidupan. Kemewahan adl suatu ajang perlombaan yg menjadi kesepakatan umum secara tak langsung. Sehingga tuntutan hidup mewah ini memabawa seorang mudah terjerumus pada perbuatan yg tidak terpuji KKN pemerasan penipuan dll. Kekayaan dunia yg berlimpah ruah ini sebenarnya sangat berlebih utk jumlah manusia yg hidup dipermukaannya. Yang menjadikan adanya sekelompok manusia kelaparan mati busung lapar kemiskinan dan kepapaan adl mereka -mereka yg hidup boros mewah dan serakah serta tak mau peduli dgn keadaan sekitarnya.Sekian semoga berrmanfaat. Al-Islam -
Pusat Informasi dan komunikasi Islam Indonesia
0 comments:
Post a Comment